Laman

Jumat, 29 Agustus 2014

Hidup Yang Tiada Arti #Chapter 2

keriuhan terdengar sayup-sayup ditelinganya. makin lama makin jelas terdengar ucapan 

"istigfar wahyu... Istigfaaaaaar"

perih yang teramat sangat terasa dari pergelangan tangan kanannya. ingin rasanya ia membuka mata untuk mengetahui apa yang sedang ia alami. Namun kelopak matanya terasa kaku dan sukar untuk dibuka. kembali ia rasakan bumi tempatnya berpijak goyah dan berputar-putar dan akhirnya ia tak mampu merasakan apa-apa lagi.

bagai terbangun dari tidur panjang ia bangkit. namun ia tak tau berada dimana. segala penjuru amat terang tak nampak sudut apapun. tiba-tiba,

"waktumu belum sampai! kembali dan perbaikilah apa yang mesti diperbaiki" suara menggema

tak nampak siapapun dimana-mana. ia mencoba untuk menjawab tetapi bibirnya laksana terkunci dan tak dapat ia buka. 

"apa aku mimpi?" ucapnya dalam hati
"tidak! aku sudah memotong nadiku aku pasti sudah mati" sambungnya masih dalam hati

"waktumu belum sampai! kembali dan perbaikilah apa yang mesti diperbaiki" suara menggema yang kembali membuatnya terkaget karena suaranya agak sedikit keras

ia teringat dengan malangnya ia menjalani hidup selama ini. tak ada jati diri, tak ada harga diri, tak ada yang dimiliki, dan tak menjadi siapapun. alkoholic, prostitusi, dan dunia malam adalah julukan yang ia bangun selama ini. air matanya kembali tumpah mengingat semua apa yang telah ia lakukan dan kali ini tanpa suara.
 
ruangan tempatnya berubah menjadi gelap, dan tak tau darimana hawa dingin menyelimuti tubuhnya dan ia merasa bagai sedang jatuh dari ketinggian.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar